PAPUA BARAT – Sosialisasi pentingnya empat pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara kembali digelar oleh senator Filep Wamafma. Kali ini, Filep menekankan pentingnya Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ika dihadapan para pemuda dan mahasiswa Kota Manokwari, Papua Barat. Kegiatan dilaksanakan di aula kampus STIH Manokwari pada 18 Maret 2022.
Tujuan penanaman nilai Pilar Pilar Kebangsaan tersebut salah satunya agar para pemuda tidak mudah goyah oleh gempuran budaya luar yang kian hari makin akrab dengan para pemuda, termasuk terhadap ancaman persatuan dan kesatuan bangsa.
Filep pada pertemuan tersebut menekankan pentingnya identitas Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara. Menurutnya, kedudukan Pancasila berada di atas tiga pilar yang lain. Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara harus menjadi jiwa yang menginspirasi seluruh pengaturan kehidupan bermasyarakat. Jika Pancasila sudah difahami secara baik, maka hal itu akan menyatukan dan membimbing manusia menjadi lebih manusiawi. Menurutnya, setiap sila sudah mencakup nilai-nilai luhur.
“Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang. Inilah yang harus terus kita dalami.” Urai Filep
Hal itu menurut Filep lantaran Pancasila merupakan konsensus nasional dan dapat diterima oleh semua kelompok masyarakat Indonesia.
“ Pancasila terbukti mampu memberi kekuatan kepada bangsa Indonesia, sehingga perlu dimaknai, direnungkan, dan menjadi pegangan oleh seluruh pemuda yang ada disini. Jika sudah menerima sebagai pegangan, saya percaya kerukunan akan terus tercipta. Pungkas senator Papua Barat tersebut.
Selain itu, Filep Wamafma juga menyoroti sikap para pemuda saat ini yang cenderung hedonis dan terkesan memilih jalan instan. Menurutnya, perilaku hedonis tersebut harus menjadi catatan tersendiri agar para pemuda dapat bersaing ditengah pasar bebas saat ini.
“Kita lihat belakangan anak muda cenderung ingin kaya secara instan, muda terpengaruh oleh ajakan media sosial. Ini salah satu dampak globalisasi, karena itu perlu logika literasi yang matang.” tambahnya lagi.