PAPUA, JAGAINDONESIA.COM – Insiden penembakan kembali terjadi di wilayah Papua. Setelah penembakan terhadap 4 prajurit TNI di Yahukimo, kini sebanyak 8 orang ditembak di Kampung Pamebut, Distrik Yugumuak, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, hari ini, Jumat (3/3/2023).
Dari delapan orang tersebut, dua orang diantaranya meninggal dunia. Keduanya masing-masing adalah warga sipil seorang ibu bernama Tarina Murib dan seorang prajurit TNI Praka JM. Para korban kemudian dievakuasi ke Distrik Sinak. Hal itu dikonfirmasi oleh Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri.
“Terjadi penembakan terhadap warga sipil, ada enam warga luka tembak dan satu ibu meninggal atas nama Tarina Murib,” ujar Irjen Mathius Fakhiri, di Jayapura, dilansir dari Kompas, Jumat (3/3/2023).
Fakhiri menerangkan bahwa lokasi kejadian berada cukup jauh dari fasilitas kesehatan. Menurutnya, kejadian terjadi pada Jumat pagi sekitar pukul 06.45 WIT, namun korban dibawa ke Sinak sekitar 3 jam setelahnya. Praka JM dan TM sempat dilarikan ke Puskesmas Sinak untuk memperoleh perawatan intensif.
“Kejadian pukul 06.45 WIT, korban dibawa ke Distrik Sinak pukul 11.00 WIT,” kata Fakhiri menambahkan.
Dari informasi yang diterima, Praka JM tertembak oleh KKB saat dirinya hendak mengevakuasi TM ke Puskesmas Sinak. Namun kelompok teroris tersebut lantas mengadang dan menembak Praka JM hingga akhirnya nyawanya tak tertolong. Adapun jenazah Praka JM direncanakan akan dievakuasi ke Mimika besok, Sabtu (4/3/2023).
“Saat Aparat TNI mengevakuasi korban warga sipil ke Puskesmas Sinak, Tim evakuasi dihadang dan ditembak oleh KKB dan mengakibatkan Praka JM tertembak dan akhirnya terjadi kontak tembak. Bahwa Prajurit Praka JM yang tertembak berhasil dievakuasi ke Puskesmas Sinak untuk penanganan tim medis. Selanjutnya dinyatakan meninggal dunia oleh tim medis,” katanya.
Sementara itu, kasus penyanderaan pilot Susi Air hingga kini belum juga terselesaikan. Kapten pilot Phillips Mark Marthens masih berada dalam tawanan KKB Nduga Papua pasca pembakaran pesawat Susi Air di Bandara Paro, Nduga. Buntut dari kejadian itu, 70 persen penerbangan armada Pilatus Porter saat ini terpaksa ditangguhkan.
Pemilik maskapai penerbangan Susi Air, Susi Pudjiastuti, meminta maaf kepada masyarakat dan pemerintah daerah di Papua atas penangguhan tersebut. Pasalnya, penangguhan ini mengganggu kegiatan dan distribusi logistik bagi masyarakat di daerah-daerah terpencil. Susi juga menyampaikan kesedihan yang mendalam atas kejadian itu.
“Kejadian ini tentu mengagetkan kami, menyedihkan kami, juga tidak habis pikir. Untuk saya pribadi, apa yang terjadi ini adalah hal yang sangat, sangat, sangat tidak kita harapkan,” kata Susi.
Susi mengatakan perjuangan sekelompok warga Papua untuk mendapatkan kemerdekaan dengan mengambil kemerdekaan orang lain bukan cara yang bijak dan benar. Dalam kesempatan itu, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu juga membantah kabar yang mengatakan pilot tersebut bersekongkol dengan KKB di Papua.
Ia menyebutkan bahwa kehadiran Susi Air sangat penting bagi kehidupan di Papua. Pasalnya, rata-rata terdapat 100 penerbangan maskapai Susi Air setiap harinya, terutama untuk menjangkau daerah-daerah terpencil. Menurutnya, pihaknya tidak melakukan penerbangan di zona merah yang dinilai berpotensi mengalami gangguan keamanan. (UWR)