PAPUA BARAT, JAGAINDONESIA.COM – Kilas balik putra terbaik asli Papua asal suku Biak, Dr. Filep Wamafma, SH., M.Hum., C.L.A memiliki sejarah perjuangan tersendiri jauh sebelum kini dirinya menjabat sebagai anggota DPD RI mewakili Papua Barat. Bahkan tidak pernah terpikirkan sebelumnya bagi Filep Wamafma untuk menggapai cita-cita menjadi seorang Sarjana Hukum di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari.
Dalam sambutannya pada pelantikan pengurus PMK STIH Manokwari, Sabtu (22/10/2022) Filep Wamafma menuturkan dirinya pernah mendaftar kuliah di Universitas Cenderawasih (Uncen) namun tidak dapat melanjutkan. Ia pun pernah mendaftar ke Universitas Papua (Unipa) Manokwari namun juga tidak dapat melanjutkannya.
Filep juga pernah menjadi seorang kondektur dan menjual koran di Biak setelah satu tahun lamanya ‘nganggur’ tidak kuliah. Sedangkan, untuk menempuh dan menyelesaikan pendidikan S1 Hukum di SITH Manokwari, saat itu Filep hanya bermodal uang celengan logam sebesar Rp 200.000,- Uang itu dibawanya dari Jayapura agar bisa mendaftar ke STIH pada tahun 1999 silam.
“Pada awalnya, saya dipanggil ke Jayapura untuk mendaftar kuliah di Uncen, namun satu dan lain hal menyebabkan saya harus balik ke Manokwari. Meskipun pernah mendaftar ke Unipa di Fakultas Kehutanan tetapi saya gagal karena tidak mendapat dukungan dari orangtua pada masa itu sehingga saya harus pulang kembali ke Biak,” cerita Dr. Filep Wamafma, Sabtu (22/10/2022).
Filep yang sempat putus asa saat tak dapat melanjutkan studi di Unipa, tetap bertekad kuat, teguh pendirian dan terus berjuang untuk dapat mengenyam dan menyelesaikan pendidikan tinggi. Modal uang celengan ini menjadi salah satu kisah yang selalu melekat dalam ingatan seorang Filep Wamafma.
Filep menyampaikan, cerita ini hanya sepenggal kisah yang dapat diulas kembali sebagai motivasi bagi para mahasiswa agar bersungguh-sungguh dalam belajar, berusaha lebih baik lagi, mengabaikan hal-hal yang tidak produktif dan harus mampu membahagiakan orang tua.
Menurutnya generasi hari ini sudah sepatutnya banyak bersyukur lantaran sudah cukup banyak dukungan finansial baik berupa beasiswa maupun bantuan lainnya.
“Artinya penerima beasiswa harusnya lebih bahagia karena sudah ada bantuan biaya pendidikan. Maka penerima beasiswa harus bersyukur atas semua yang sudah didapatkan dengan memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin untuk masa depan yang lebih baik,” pesan Filep.
Melalui cerita tersebut, Filep Wamafma berharap para mahasiswa STIH tidak mudah menyerah hingga menuntaskan segala urusan perkuliahan. Menurutnya, pendidikan merupakan kunci utama untuk menggapai masa depan cemerlang yang sudah disediakan oleh Tuhan. (WRP)