BINTUNI, JAGAINDONESIA.COM – Emis Yaumina meminta pemerintah hadir dan secara tegas menyikapi kerusakan ekosistem di tanah Kuri. Menurutnya, pemerintah turut andil atas kerusakan lingkungan yang telah dan terus berlangsung hingga saat ini akibat kurangnya pengawasan langsung dari dinas-dinas terkait.
“Hampir sebagian besar air sungai di tanah Kuri sudah tidak lagi berwarna jernih seperti sebelumnya. Kini air sungai tampak berwarna kuning kecoklatan akibat erosi dan longsor dampak dari banyaknya pepohonan yang ditebang guna industri kayu bulat perusahaan,” ungkap Emis, Senin (20/3/2023).
Emis berharap, pertemuan keluarga besar Yaumina, Werbete dan Pigo dengan DPRD kabupaten Teluk Bintuni beberapa waktu lalu dapat segera ditindaklanjuti. Hal itu selayaknya dilakukan sebagai bentuk keseriusan pemerintah yang peduli pada masyarakatnya.
“Kami juga berharap agar Ketua DPRD kabupaten Teluk Bintuni serta dinas terkait dapat menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan segera mencabut palang di jembatan Kuri,” ujarnya menambahkan.
Sementara itu, salah seorang pemuda Kuri yakni Arnol Pigo juga menyayangkan kerusakan lingkungan yang terjadi di tanah Kuri.
“Hutan yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Kuuri kini terancam. Ekosistem dan keanekaragaman hayati yang menjadi surga bagi kehidupan dan rantai makanan perlahan namun pasti akan hilang akibat ulah manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab,” ungkap Arnol.
“Saya mendampingi kakak saya saudara saya Emis Yaumina. Kami adalah keluarga besar Kuri yang tanah adat kami bersebelahan. Ada juga sebelah sungai Kuri marga besar Werbete yang berbatasan langsung dengan sungai Naramasa dan sungai Kuri. Sungai-sungai ini mendapat asupan air langsung dari sungai-sungai kecil seperti sungai Werbete, sungai Yaumina, Nitos dan sungai Kasar serta sungai lainnya. Sehingga sungai menjadi sumber kehidupan yang penting bagi kami,” katanya. (MW)