JAGAINDONESIA.COM – Senator Papua Barat Filep Wamafma mempertanyakan sikap aparat Kepolisian yang terkesan melakukan pembiaran terhadap bentrokan yang terjadi antara kelompok mahasiswa asli Papua dengan sekelompok massa dari Ormas setempat di Makassar, Rabu (8/6/2022).
“Kenapa ada polisi cuma lihat ormas setempat menyerang mahasiswa Papua yang sedang lakukan demo menyuarakan aspirasi tentang penolakan DOB? Setidaknya polisi sudah bisa amankan ormas dan mahasiswa asli Papua, sehingga tidak terjadi adu fisik yang berujung pada baku lempar batu,” ungkap senator DPD RI asal Papua Barat, Dr. Filep Wamafma.
Filep menyayangkan sikap aparat kepolisian yang saat itu sedang berjaga dan bertugas melakukan pengamanan demonstrasi namun akhirnya justru berakhir ricuh. Ia menekankan sudah seharusnya aparat bekerja secara profesional dan netral dalam mengamankan setiap aksi massa. Keberadaan aparat di lokasi adalah untuk menjaga ketertiban termasuk mencegah agar tidak terjadi baku hantam saat demonstrasi berlangsung.
“Polisi harus menjaga massa aksi dari mahasiswa Papua sehingga aksi mereka tetap aman dan tidak terjadi anarkis. Artinya bahwa polisi datang untuk memberikan rasa aman dari aksi tersebut, namun ini justru terbalik karena polisi berada di lokasi dan membiarkan keduanya baku hantam,” katanya.
Lebih lanjut, Filep meminta kepada Kapolda Sulsel untuk segera melakukan pemeriksaan terhadap aparat Kepolisian yang melakukan pengamanan saat aksi demonstrasi yang berujung pada perkelahian hingga baku lempar batu di lokasi. Kini, dampak dari kejadian itu, aparat Kepolisian kemudian melakukan pengamanan ketat di depan Asrama Kamasan Papua, di Kota Makassar.
“Sebagai senator Papua Barat di DPD RI saya minta segera Kapolda Sulsel lakukan pemeriksaan terhadap aparat yang melakukan pengamanan di lokasi demo” tegas Filep.
Filep yang juga merupakan doktor alumni Unhas Makassar ini berharap kejadian ini tidak lantas menimbulkan asumsi pihak Kepolisian justru membiarkan ruang bagi tindakan anarkis terjadi saat demonstrasi berlangsung.
“Sejatinya polisi hadir untuk mengamankan situasi pada saat aksi, mencegah tindakan anarkis dan potensi kerusuhan saat demonstrasi berlangsung. Hal ini penting karena demonstrasi adalah bentuk penyampaian pendapat yang perlu dikawal pihak keamanan agar berjalan aman dan tertib,” kata Filep.
Seperti diketahui, puluhan mahasiswa asli Papua melakukan demonstrasi menolak Otsus dan DOB Papua di depan Asrama Kamasan Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan pada 8 Juni 2022 lalu. Dmeonstrasi nampak berjalan lancar dan tertib hingga akhirnya berujung bentrok dengan sekelompok massa BMI yang telah lama memantau aksi tersebut.
Disebutkan massa dari ormas setempat lebih dahulu menyerang mahasiswa asli Papua yang sedang melakukan aksi demo sehingga memicu perkelahian. Lantaran tidak terima adanya pemukulan oleh ormas setempat kepada pendemo, maka adu fisik terjadi hingga saling serang dan saling kejar dengan lemparan batu. Kejadian ini terekam dalam sejumlah video yang beredar viral di media sosial. (WRP)