JAGAINDONESIA.COM – Perusahaan minyak nasional Malaysia yakni Petroliam Nasional Berhad atau Petronas serius menjajaki potensi sumber daya migas yang masih tersimpan di sejumlah cekungan lapangan terbuka di wilayah timur Indonesia yakni di kawasan Papua Barat dan Cekungan Aru.
Petronas kini memperluas studi open area migas di kedua kawasan itu setelah sebelumnya mengakuisisi 15 persen hak partisipasi Shell di Blok Masela dan joint-study untuk cekungan Seram.
“Petronas tertarik di sana [wilayah timur] di sana kan ada Papua Barat dan Aru, tapi itu masih diproses,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dikutip dari ekonomi.bisnis.com, Selasa (8/8/2023).
Potensi migas yang dimaksud itu sesuai dengan data yang dihimpun SKK Migas per 1 Januari 2022 yang menyebutkan salah satu dari tiga potensi cekungan dengan kandungan gas tinggi ada di Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat yakni sebesar 72,7 TCF. Sedangkan dua lainnya adalah di Sumatra Utara (51,3 TCF) dan Aru-Tanimbar (23,7 TCF).
Hal yang sama juga disampaikan oleh CEO Petronas Indonesia Yuzaini Bin Md Yusof. Ia menyebut, pihaknya meyakini potensi besar itu lantaran didukung oleh kajian dari data-data awal yang telah dipelajari Petronas.
“Kami melakukan pengeboran eksplorasi dengan teknologi terbaru untuk melakukan peningkatan seismik untuk melihat struktur dan identifikasi blok lebih baik itu [alasan] mengapa Petronas ada di bagian timur Indonesia,” kata Yuzaini saat agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Kamis (27/7/2023).
Akan tetapi menurutnya, eksplorasi di wilayah timur Indonesia memiliki sejumlah kendala seperti minimnya infrastruktur, potensi pasar dan keterbatasan data eksplorasi. Oleh sebab itu, pihaknya berharap pemerintah RI dapat meningkatkan konektivitas dan perbaikan lainnya guna mendukung pengembangan potensi migas di Indonesia timur.
“Kita bisa memahami betapa Indonesia timur begitu potensial, tetapi tidak ada aktivitas pengembangan di kawasan itu, ketersediaan infrastuktur, akses pada pasar itu sangat penting,” sebutnya.
Sementara itu, di Papua Barat Daya, Kabupaten Sorong telah menerima Dana Bagi Hasil (DBH) migas triwulan III sebesar Rp132.911.228.520. Menurut Pj Bupati Sorong Yan Piet Mosso, alokasi dana itu diprioritaskan bagi masyarakat di 6 distrik yang masuk wilayah ring I operasional pertambangan migas.
Keenam distrik yang masuk di dalam ring I tersebut antara lain Distrik Aimas, Salawati, Seget, Klamono, Salawati tengah dan Salawati Selatan.
“Jadi DBH Migas triwulan III ini kita lebih mengedepankan program spesifik yang pro kepada masyarakat di daerah penghasil atau ring I,” jelas Mosso di Sorong, dikutip dari Antara Kamis (10/8/2023).
Yan menyebut, DBH Migas itu akan digunakan sesuai peruntukannya yakni 10 persen untuk masyarakat adat, 10 persen untuk pendidikan berupa beasiswa bagi 1.200 mahasiswa dan pelajar di Kabupaten Sorong. Kemudian 10 persen untuk kesehatan dan 10 persen untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Rumah belum layak, ekonomi, pendidikan dan kesehatan belum maksimal diperhatikan secara baik, Itulah yang menjadi komitmen kita sesungguhnya, untuk memberdayakan mereka melalui hasil sumber daya alam yang ada,” kata Mosso.
Adapun rincian DBH Migas triwulan III 2023 untuk Kabupaten Sorong itu terdiri dari DBH SDA minyak bumi Otsus Rp 25.219.440.340, DBH Sumber Daya Alam Gas Bumi Otsus Rp 107.691.788.120. (UWR)